1.
Letak Geografis Kabupaten Jepara
Kabupaten Jepara merupakan salah satu wilayah yang
terletak di Propinsi Jawa Tengah dan merupakan daerah sepanjang Pantai Utara
Jawa. Letak geografisnya yaitu 3023’20’’ – 4009’35’’ BT
dan 5043’30’’- 6048’44’’ dengan luas area sebesar
100.413,19 ha, kabupaten Jepara memiliki garis pantai sepanjang 68 km.
Kabupaten Jepara memiliki persebaran ekosistem mangroove sebesar 3.721 ha,
dengan hutan pantai seluas 6.672 ha.
Dengan
batas-batas :
Sebelah
Barat : Laut Jawa
Sebelah
Utara : Laut Jawa
Sebelah
Timur : Kabupaten Kudus & Pati
Sebelah
Selatan : Kabupaten Demak
2.
Kondisi Fisiografis dan Topografi
Kabupaten
Jepara memiliki kondisi fisiografis dan topografi dengan kelerengan 0-25% dan
ketinggian 0-1.301 dpl. Pada Kabupaten Jepara khususnya untuk Kecamatan Keling
memiliki topografi yang bervariasi mulai dari landai sampai perbukitan.
3.
Kondisi Geologi
Kabupaten
Jepara merupakan dataran aluvial yang tersusun oleh endapan lumpur yang berasal
dari sungai-sungai yang bermuara di pesisir pantai dan terbawa oleh arus
sepanjang pantai. Sebaran jenis tanah pada wilayah ini yaitu berupa aluvial
hidromorf, regosol coklat, asosiasi mediteran coklat tua dan mediteran coklat,
grumosol kelabu tua, asosiasi hidromorf kelabu, dan planosol coklat
keabuan.Kabupaten Jepara terletak dalam lereng utara dan barat Gunung Muria.
Bentang alam Semenanjung Muria terdiri atas
dataran, perbukitan, dan pegunungan, yang proses geomorfologinya
dikontrol oleh kegiatan gunung api. Daerah dataran menempati seluruh
pantai barat, utara dan timur, serta dataran Kudus - Pati di sebelah
selatan. Litologi penyusun daerah dataran adalah bahan rombakan berupa
endapan lahar dan aluvium; secara setempat dijumpai pula endapan
piroklastika dan lava. Daerah perbukitan merupakan kaki dan lereng bawah Gunung
Api Muria, Gunung Api Genuk dan sekitarnya, serta perbukitan yang
terletak di kompleks Gunung Api Patiayam. Litologi penyusun daerah perbukitan
adalah lava, endapan piroklastika, dan lahar. Daerah pegunungan meliputi
kawasan puncak Muria dan Genuk yang merupakan pusat erupsi gunung api di
Semenanjung Muria. Batuan penyusun terdiri atas lava, intrusi, dan breksi
piroklastika.
Gunung Api Muria terletak di bagian tengah Semenanjung
Muria, sedangkan Gunung Api Genuk berada di sebelah timur laut Gunung Api
Muria. Dengan demikian bentang alam Semenanjung Muria dibangun oleh hasil
kegiatan atau erupsi Gunung Api Muria dan Gunung Api Genuk beserta gunung
api parasitnya pada masa lampau. Aktivitas vulkanisme tersebut kemudian diikuti
oleh proses eksogen, mulai dari pelapukan, erosi, transportasi, dan
sedimentasi di sekeliling gunung api tersebut yang berlanjut sampai ke
lepas pantai, sehingga membentuk endapan rombakan.
Berdasarkan data geologi regional Lembar Kudus
(Suwarti dan Wikarno, 1992), batuan tertua yang tersingkap di daerah
Semenanjung Muria adalah Formasi Bulu yang di atasnya menumpang secara
berturut-turut Formasi Ujungwatu, batuan Gunung Api Genuk dan Muria.
Formasi Bulu terdiri atas batuan sedimen silisiklastika halus (batulempung
sampai batupasir karbonatan) dan batugamping berumur Mio-Pliosen yang
tersingkap di daerah Semliro di bawah fasies sentral Gunung Api Muria dan
di sekitar Gunung Api Genuk. Sementara itu, Formasi Ujungwatu
didominasi oleh batuan klastika gunung api kaya batuapung, seperti tuf
batuapung, lapili batuapung, dan breksi batuapung. Batuan Gunung Api
Genuk dan Muria yang terletak dekat dengan kawah atau pusat erupsi sampai
fasies proksimal berupa batuan beku (aliran lava dan intrusi) dan breksi
gunung api. Sedangkan daerah kaki dan dataran di sekelilingnya, pada umumnya
berupa batuan klastika gunung api fraksi halus-sedang, mulai dari
batulanau, batupasir sampai dengan konglomerat dan breksi gunung api.
Di permukaan, mulai dari daerah Bangsri
sampai dengan Ujung Lemah Abang (ULA) bahan rombakan gunung api tersebut
sudah lapuk lanjut membentuk tubuh tanah lempung merah dengan ketebalan antara
3 – 5 m. Singkapan agak segar hanya dijumpai pada beberapa tebing dan
dasar aliran sungai. Berdasarkan 74 data radiometri NTT (2000) dan
menurut McBirney dkk. (2003) aktivitas vulkanisme di Semenanjung Muria dibagi
menjadi lima periode, yaitu: (1) Genuk Tua, (2) Muria Tua, (3)
Muria Tengah, (4) Genuk Muda, dan (5) Muria Muda.
Struktur geologi yang ada di Semenanjung Muria berupa
kekar dan sesar yang mempunyai pola umum timur laut – barat daya dan barat laut
– tenggara. Dari analisis seismik refleksi, pada bagian utara dari
Laut Jawa terdapat indikasi sesar yang hampir mirip dengan struktur sesar
regional daerah ini (McBirney dkk., 2003). Sesar regional tersebut
tercermin dalam Depresi Rembang. Menurut Mallard dkk. (1991) dan Serva (2001),
Depresi Rembang terekam sebagai cekungan pull-apart, yang dibentuk oleh
dua sistem sesar utama di wilayah ini. Menurut van Bemmelen (1947),
Boomgaart (1947), Nicholls and Whitford (1983) dan Maury dkk. (1987),
Bellon dkk. (1989), Edwards (1990), Edwards dkk. (1991) produk erupsi
Muria dan Genuk merupakan batuan sosonit kalium tinggi yaitu basal, basanit, tefrit,
trasit, dan fonolit. Studi petrologi dan geofisika yang berhubungan
dengan sifat magmatologinya pun telah ditelaah (Boomgaart, 1947; Maury
dkk., 1987; Marzuki dan Sardjono, 1991; Nicholls and Whitford, 1983; dan
van Bemmelen, 1947).
4. Geologi Regional Daerah
Jarak terdekat dari ibukota kabupaten adalah Kecamatan
Tahunan yaitu 7 km dan jarak terjauh adalah Kecamatan Karimunjawa yaitu 90 km
Wilayah Kabupaten Jepara sebagaimana daerah lainnya di Indonesia beriklim
tropis, terdiri dari musim kemarau dan musim hujan yang silih berganti
sepanjang tahun. Besar rata-rata jumlah curah hujan tahunan wilayah Jepara
utara adalah 2000 - 2500 mm/tahun dan Jepara bagian selatan antara 2500 - 3000
mm/tahun. Sedangkan curah hujan rata-rata per bulan berdasarkan data dari tahun
1994 - 1998 berkisar antara 58 - 338 mm/bulan, curah hujan tertinggi terjadi
pada bulan Oktober sampai bulan April dengan curah hujan antara 176-338
mm/bulan, sedangkan curah hujan terendah terjadi pada bulan Mei sampai bulan
September dengan curah hujan antara 58 - 131 mm/bulan.
A. Morfologi Daerah Jepara
Morfologi daerah Jepara berdasarkan pada
bentuk topografi dan kemiringan lerengnya dapat dibagi menjadi 7 (tujuh) satuan
morfologi yaitu:
a. Dataran
Merupakan
daerah dataran aluvial pantai dan sungai. daerah bagian barat daya merupakan
punggungan lereng perbukitan, bentuk lereng umumnya datar hingga sangat landai
dengan kemiringan lereng medan antara 0 - 5% (0-3%), ketinggian tempat di
bagian utara antara 0 - 25 m dpl dan di bagian barat daya ketinggiannya antara
225 - 275 m dpl. Luas penyebaran sekitar 164,9 km2 (42,36%) dari seluruh daerah
Jepara.
b. Daerah
Bergelombang
Satuan
morfologi ini umumnya merupakan punggungan, kaki bukit dan lembah sungai,
mempunyai bentuk permukaan bergelombang halus dengan kemiringan lereng medan 5
- 10% (3-9%), ketinggian tempat antara 25 - 200 m dpl. Luas penyebarannya
sekitar 68,09 km2. (17,36%) dari seluruh daerah Jepara.
c. Perbukitan
Berlereng Landai
Satuan
morfologi ini merupakan kaki dan punggungan perbukitan, mempunyai bentuk
permukaan bergelombang landai dengan kemiringan lereng 10 - 15 % dengan
ketinggian wilayah 25 - 435 m dpl. Luas penyebaran sekitar 73,31 km2 (18,84%)
dari seluruh daerah Jepara.
d. Perbukitan Berlereng Agak Terjal
Satuan
morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang agak
terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 15 - 30%, ketinggian tempat antara
25 - 445 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 57,91Km2 (14,8%) dari seluruh daerah
Jepara.
e. Perbukitan Berlereng Terjal
Satuan
morfologi ini merupakan lereng dan puncak perbukitan dengan lereng yang terjal,
mempunyai kemiringan lereng antara 30 - 50%, ketinggian tempat antara 40 - 325
m dpl. Luas penyebarannya sekitar 17,47 Km2 (4,47%) dari seluruh daerah Jepara.
f. Perbukitan Berlereng Sangat Terjal
Satuan
morfologi ini merupakan lereng bukit dan tebing sungai dengan lereng yang
sangat terjal, mempunyai kemiringan lereng antara 50 - 70%, ketinggian tempat
antara 45 - 165 m dpl. Luas penyebarannya sekitar 2,26 Km2 (0,58%) dari seluruh
daerah Jepara.
g. Perbukitan Berlereng Curam
Satuan
morfologi ini umumnya merupakan tebing sungai dengan lereng yang curam,
mempunyai kemiringan >70%, ketinggian tempat antara 100 - 300 m dpl. Luas
penyebarannya sekitar 6,45 Km2 (1,65%) dari seluruh daerah Jepara.
B. Tata Guna Lahan
Penggunaan lahan di wilayah Kabupaten
Jepara terdiri dari wilayah terbangun (Build Up Area) yang terdiri dari
pemukiman, perkantoran perdagangan dan jasa, kawasan industri, transportasi.
Sedangkan wilayah tak terbangun terdiri dari tambak, pertanian, dan kawasan
perkebunan serta konservasi.
C. Susunan Stratigrafi
Geologi Kota Jepara berdasarkan Peta
Geologi Lembar Magelang - Jepara (RE. Thaden, dkk; 1996), susunan
stratigrafinya adalah sebagai berikut :
Aluvium : Merupakan endapan aluvium pantai, sungai dan danau. Endapan pantai litologinya terdiri dari lempung, lanau dan pasir dan campuran diantaranya mencapai ketebalan 50 m atau lebih. Endapan sungai dan danau terdiri dari kerikil, kerakal, pasir dan lanau dengan tebal 1 - 3 m. Bongkah tersusun andesit, batu lempung dan sedikit batu pasir.
Batuan Gunung Api : Batuannya berupa lava basalt, berwarna abu-abu kehitaman, halus, komposisi mineral terdiri dari felspar, olivin dan augit, sangat keras.
Formasi Jongkong : Breksi andesit hornblende augit dan aliran lava,
sebelumnya disebut batuan gunungapi Ungaran Lama. Breksi andesit berwarna
coklat kehitaman, komponen berukuran 1 - 50 cm, menyudut - membundar tanggung
dengan masa dasar tufaan, posositas sedang, kompak dan keras. Aliran lava
berwarna abu-abu tua, berbutir halus, setempat memperlihatkan struktur
vesikuler (berongga).
Formasi Damar : Batuannya terdiri dari batu pasir tufaan, konglomerat, dan breksi volkanik. Batu pasir tufaan berwarna kuning kecoklatan berbutir halus - kasar, komposisi terdiri dari mineral mafik, felspar, dan kuarsa dengan masa dasar tufaan, porositas sedang, keras. Konglomerat berwarna kuning kecoklatan hingga kehitaman, komponen terdiri dari andesit, basalt, batuapung, berukuran 0,5 - 5 cm, membundar tanggung hingga membundar baik, agak rapuh. Breksi volkanik mungkin diendapkan sebagai lahar, berwarna abu-abu kehitaman, komponen terdiri dari andesit dan basalt, berukuran 1 - 20 cm, menyudut membundar tanggung, agak keras.
Formasi Kaligetas : Batuannya terdiri dari breksi dan lahar dengan sisipan lava dan tuf halus sampai kasar, setempat di bagian bawahnya ditemukan batu lempung mengandung moluska dan batu pasir tufaan. Breksi dan lahar berwarna coklat kehitaman, dengan komponen berupa andesit, basalt, batuapung dengan masa dasar tufa, komponen umumnya menyudut - menyudut tanggung, porositas sedang hingga tinggi, breksi bersifat keras dan kompak, sedangkan lahar agak rapuh. Lava berwarna hitam kelabu, keras dan kompak. Tufa berwarna kuning keputihan, halus - kasar, porositas tinggi, getas. Batu lempung, berwarna hijau, porositas rendah, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Batu pasir tufaan, coklat kekuningan, halus - sedang, porositas sedang, agak keras.
Formasi Kalibeng : Batuannya terdiri dari napal, batupasir tufaan dan batu gamping. Napal berwarna abu-abu kehijauan hingga kehitaman, komposisi terdiri dari mineral lempung dan semen karbonat, porositas rendah hingga kedap air, agak keras dalam keadaan kering dan mudah hancur dalam keadaan basah. Pada napal ini setempat mengandung karbon (bahan organik). Batupasir tufaan kuning kehitaman, halus - kasar, porositas sedang, agak keras, Batu gamping merupakan lensa dalam napal, berwarna putih kelabu, keras dan kompak.
Formasi Kerek : Perselingan batu lempung, napal, batu pasir tufaan, konglomerat, breksi volkanik dan batu gamping. Batu lempung kelabu muda - tua, gampingan, sebagian bersisipan dengan batu lanau atau batu pasir, mengandung fosil foram, moluska dan koral-koral koloni.
D.
Struktur Geologi
Struktur geologi yang terdapat di daerah
Jepara umumnya berupa sesar yang terdiri dari sesar normal, sesar geser dan
sesar naik. Sesar normal relatif berarah barat timur sebagian agak cembung ke
arah utara, sesar geser berarah utara selatan hingga barat laut - tenggara,
sedangkan sesar normal relatif berarah barat - timur. Sesar-sesar tersebut umumnya
terjadi pada batuan Formasi Kerek, Formasi Kalibening dan Formasi Damar yang
berumur kuarter dan tersier.
Tabel1.Luas Daerah Kabupaten Jepara
No.Kecamatan Ha Km2 Persentase
1.Kedung 4.306,281 43,063 4,29
2.Pecangaan 3.539,896 35,399 3,53
3.Kalinyamatan 2.417,910 24,179 2,41
4.Welahan 2.764,205 27,642 2,75
5.Mayong 6.504,268 65,043 6,48
6.Nalumsari 5.696,538 56,965 5,67
7.Batealit 8.887,865 88,879 8,85
8.Tahunan 3.890,581 38,906 3,87
9.Jepara 2.466,700 24,667 2,46
10.Mlonggo 10.295,516 102,955 10,25
11.Bangsri 8.535,241 85,352 8,50
12.Kembang 10.812,384 108,124 10,77
13.Keling 23.175,804 231,758 23,08
14.Karimunjawa 7.120,000 71,200 7,09
Jumlah 100.413,189 1.004,132 100,00
Gunung api Genuk letaknya disebelah mana? Saya sendiri orang jepara, tapi belum pernah dengar ada gunung apai genuk.
ReplyDeleteujung watu. tapi gunung itu sudah gak aktif. penampakannya kayak perbukitan
ReplyDeleteTrimakasih untuk komentarnya, saya akan menjawab...
ReplyDeleteGunung api Genuk sudah tidak aktif, atau termasuk gunung api purba... Letaknya disebelah selatan tempat wisata Benteng Portugis terdapat sebuah gunung.... Gunung itu namanya Gunung Genuk.
Min, daerah jepara cuma ada (dari tua ke muda) formasi bulu, patiayam, gunungapi genuk, tuf muria, sama endapan aluvial (suwarti & wikarno, 1992)
ReplyDeleteWah..tambah wawasan nih.makasih min.
ReplyDeleteWah..tambah wawasan nih.makasih min.
ReplyDeleteSekedar informasi Gunung api Genuk, sekarang secara umum bernama Gunung Celering yang salah satu puncaknya tertinggi adalah Gunung Genuk yang masuk dalam kawasan Cagar alam Gunung Celering
ReplyDeleteCool and that i have a keen proposal: Where To Buy Houses That Need Renovation remodeling companies near me
ReplyDelete