Sunday, February 23, 2014

Endapan Mineral Hipotermal

Pengertian

Beberapa endapan mineral terbentuk pada larutan hidrotermal. Berdasarkan temperatur, tekanan dan kondisi geologi pada saat pembentukannya endapan hidrotermal dapat dibagi menjadi 3 jenis yaitu: endapan hipotermal, endapan mesotermal dan endapan epitermal. Pada tulisan ini pembahasan terhadap proses pembentukan endapan mineral lebih dikhususkan pada pembentukan endapan hipotermal.
Mineralisasi hipotermal adalah proses pembentukan mineral pada suhu tinggi (300°C- 5000C) yang berada pada lingkungan jauh dengan permukaan pada kedalaman kurang dari 4-6 km. prosesnya hamper sama dengan epithermal dan endapan mesothermal.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kondisi secara umum pada lingkungan ini, yang mencirikan karakteristik dari proses mineralisasi, temasuk kondisi geologi lokal (permeabilitas dan reaktivitas dari host-rocks) dan tekanan beserta temperatur dari fluida hydrothermal (air pada temperatur 100°C dapat tetap menjadi cairan dibawah tekanan yang tinggi tetapi ketika berada lingkungan tekanan yang rendah dapat mendidih secara tiba-tiba bahkan meledak secara explosive). Fluida hydrothermal mungkin dari residu magma asli, tetapi umumnya terbentuk ketika airtanah terpanaskan oleh tubuh batuan yang meleleh, contohnya sebuah sub-volcanic magma-chamber.

Pengenalan Fosil


Pengertian
Fosil adalah jejak atau sisa organisme baik tumbuhan ataupun hewan yang hidup pada masa geologi yang lampau dan terawetkan secara alamiah di alam. Bagian ilmu geologi yang menguraikan penyelidikan dan interpretasi fosil adalah paleontologi. Untuk memahami lebih detail lagi tentang pengertian Fosil, maka kita perlu mengetahui syarat-syarat terbentuknya fosil yaitu :
  1. Mempunyai bagian yang keras
  2. Segera terhindar dari proses kimia (oksidasi dan reduksi)
  3. Tidak dimangsa binatang lain
  4. Terdapat pada batuan yang berbutir halus
  5. Terawetkan pada batuan sedimen
  6. Berumur lebih dari 11.000 tahun yang lalu

Sangiran & Patiayam


SANGIRAN - PATIAYAM
PERBANDINGAN KARAKTER DUA SITUS PLESTOSEN DI JAWA
Sofwan Noerwidi dan Siswanto 
BALAI ARKEOLOGI YOGYAKARTA



PENDAHULUAN
          Penelitian tentang asal usul manusia di Indonesia telah dimulai sejak Eugene Dubois menemukan fosil atap tengkorak dan tulang paha kiri Pithecantropus erectus (Homo erectus erectus) pada pada endapan vulkanik jajaran Pegunungan Kendeng di Trinil tahun 1891 (Widianto, 2006). Hingga kini penelitian mengenai hal tersebut telah banyak mengalami kemajuan. Berdasarkan bukti paleoantropologi, populasi makhluk manusia yang pertama kali mendiami kawasan Indonesia adalah Homo erectus. Mereka bermigrasi dari Afrika sampai di Kepulauan Indonesia pada Kala Plestosen Bawah sekitar 1,7 Juta tahun yang lalu (Sémah, 2000). Manusia jenis tersebut diperkirakan berevolusi menjadi bentuk yang progresif, yaitu Pithecanthropus (Homo erectus) soloensis atau Solo Man, tetapi kemudian mengalami kepunahan pada Kala Plestosen akhir sekitar 40.000 BP bersamaan dengan kurun awal kemunculan Homo sapiens (Bellwood, 1975).

Geologi Komplek Gunung Muria

Geologi Umum Gunung Muria
Komplek Gunung Muria terletak di Semenanjung Muria, yang termasuk ke dalam wilayah Kabupaten Jepara, Kudus dan Pati, Provinsi Jawa Tengah. Komplek ini berasosiasi dengan Gunung Muria yang tidak aktif dan terpotong, yang dihasilkan dari busur kepulauan, sesar Jawa Tengah terutama di daerah Rembang. Komplek ini terdiri dari Gunung Muria yang sudah tidak aktif atau padam, dan dua gunung yang lebih kecil (flank eruption) yaitu Gunung Genuk dan Gunung Patiayam. Berdasarkan hasil studi sebelumnya, stratigrafi volkanik Komplek Gunung Muria terdiri dari tiga daerah yang secara kronologis mulai dari Gunung Patiayam dibagian selatan, diikuti perkembangan Gunung Genuk di bagian utara dan terakhir perkembangan Gunung Muria di bagian tengah. Setiap daerah volkanik menunjukkan beberapa kawah, yang menunjukkan titik erupsi yang berpindah dari satu titik ke titik yang lainnya. Erupsi ini menghasilkan endapan piroklastik aliran dan jatuhan, aliran lava, kubah, lahar dan endapan fluvial. Suksesi produk volkanik dan geokronologi didasarkan pada data umur dari NEWJEC 1996 dan NTT 2000....

Untuk Mengunduh data Geologi Gunung Muria dapat di download pada link dibawah ini


Terimakasih, semoga semoga bermanfaat

S

Batuan Metamorf (Malihan)

Metamorfisme
Metamorfisme adalah proses perubahan struktur dan mineralogi batuan yang berlangsung pada fase padatan, sebagai tanggapan atas kondisi suhu dan tekanan yang berbeda dari kondisi batuan tersebut sebelumnya. Perubahan yang berlangsung di dalam proses pelapukan dan diagenesa pada umumnya tidak termasuk didalamnya. Wilayah proses peleburan batuan menjadi tubuh magma. Berdasarkan penyebarannya, dimungkinkan memisahkan antara dua tipe metamorfisme. Pertama adalah tipe penyebaran yang sempit dan yang kedua adalah tipe yang mempunyai dimensi lebih luas.

Batuan Piroklastik

Pengertian

Batuan Piroklastik adalah batuan vulkanik klastik yang dihasilkan oleh serangkaian proses yang berkaitan dengan letusan gunungapi. Material penyusun tersebut terendapkan dan terbatukan/terkonsolidasikan sebelum mengalami transportasi (reworked) oleh air atau es (William, 1982). Pada kegiatannya batuan hasil kegiatan gunungapi dapat berupa aliran lava sebagaimana diklasifikasikan dalam batuan beku atau berupa produk ledakan/eksplosiv dari material yang bersifat padat, cair ataupun gas yang terdapat dalam perut gunung.
A.    Struktur
Seperti halnya batuan volkanik lainnya, batuan piroklastik mempunyai struktur vesikuler, scoria dan amigdaloidal. Jika klastika pijar dilemparkan keudara dan kemudia terendapkan dalam kondisi masih panas, berkecenderungan mengalami pengelasa antara klastika satu dengan lainnya. Struktur tersebut dikenal dengan pengelasan atau welded. Struktur Batuan Piroklastik yang lain adalah :

Batuan Sedimen

Pengertian
Batuan sedimen adalah suatu akumulasi atau kempulan material batuan terlapukkan atau terurai dari batuan induk yang terbentuk di permukaan bumi kemudian diendapkan pada suatu cekungan dibawah kondisi temperatur dan tekanan rendah serta mempunyai karakteristik tentang lingkungan pengendapannya (Pettijohn,1974). Definisi ini meliputi material batuan sedimen dengan beberapa akumulasi, seperti material frakmental yang berasal dari kegiatan vulkano, disertai terbang di udara dan terdeposisi di dalam kondisi padat mungkin terbentuk pada temperatur dan tekanan yang tinggi. Seperti deposisi yang terbentuk di lantai samudera dengan tekanan yang sangat besar dari pada normal.
Mempelajari batuan sedimen tdak lepas keterkaitannya dari disiplin ilmu geologi lainnya, seperti : mineralogi, geokimia, dan geologi kelautan dengan kontribusinya terhadap pengendapan batuan sedimen (Pettijohn,1974). Secara genetiknya, batuan sedimen dibagi menjadi dua golongan (Pettjohn.1975) yaitu: 

Klasifikasi Batuan Beku


   A.    Kelompok batuan berdasarkan mineralnya :
Berdasarkan Reaksi Bowen’s di atas Batuan beku dapat diklasifikasikan menjadi 4 jenis, yaitu :
·      Batuan Ultra basa : (Olivin Piroksin).
·      Batuan Basa : (OlivinPiroksinplag, Olivinplag, atau Piroksenplag).
·      Batuan Intermediet : (PiroksenHornblendeplag, HornblendeBiotit Plag,<< Kuarsa).
·      Batuan Asam : (Hornblende Biotit Muskovit Kuarsa, Biotit Muskovit K. Felspar Kuarsa, atau Biotit Muskovit Kuarsa).
Klasifikasi batuan beku berdasarkan kandungan silika (SiO2), juga terbagi menjadi 4 jenis, yaitu :
·      Batuan beku asam : Batuan ini mengandung SiO2 > 65%, contohnya Granit, Ryolit.
·      Batuan beku intermedie : Batuan ini mengandung SiO2 65% - 52%, contohnya Diorit, Andesit.
·      Batuan beku basa : Batuan ini mengandung SiO2 52% - 45%, contohnya Gabbro, Basalt.
·      Batuan beku ultra basa : Batuan ini memiliki kandungan SiO2 < 30%, contohnya Peridotit. 

Batuan Beku

Pengertian
Batuan beku atau Igneos Rocks adalah jenis batuan yang terbentuk dari proses pembekuan magma dalam perjalanannya menuju permukaan bumi baik pembekuannya didalam (intrusi) karena magma belum mencapai permukaan bumi atau pembekuannya diluar (ekstrusi) karena magma sudah mengalir di permukaan bumi atau disebut juga Lava. Ciri khas batuan beku adalah kenampakannya yang kristalin, yaitu kenampakan suatu massa dari unit-unit Kristal yang saling mengisi kecuali gelas yang bersifat non kristalin.
Batuan beku ekstrusi adalah batuan beku sebagai hasil pembekuan magma yang keluar diatas permukaan bumi baik didarat maupun dibawah muka air laut. Pada saat mengalir di permukaan, massa tersebut membeku secara relative cepat dengan melepas kandungan gasnya. Oleh karena itu sering memprlihatkan struktur aliran dan banyak lubang gasnya (vesikuler). Magma yang keluar dipermukaan atau lava biasanya ada dua jenis, yaitu : Lava Aa (kental) dan Lava Pahoehoe (cair). Batuan beku intrusi adalah batuan hasil pembekuan magma didalam perut bumi. Ukuran mineralnya kasar, lebih dari 1 mm atau bahkan lebih dari 5 mm. Ada beberapa bentuk batuan beku intrusi yaitu : Bentuk tidak teratur dengan dinding yang curam dan tidak diketahui batas bawahnya. Yang memiliki penyebaran lebih dari 100 km2 disebut batolith, yang kurang dari 100 km2 dikenal dengan stock, sedangkan yang lebih kecil dan membulat disebut boss. Intrusi membentuk tabular yang memotong struktur setempat (diskordan) disebut dyke atau korok, sedangkan konkordan disebut sill atau lakolit kalau cembung ke atas. Intrusi berdimensi dan membulat sering dikenal dengan intrusi silinder atau pipa.

Struktur Bagian Dalam Bumi

Pengertian
Bumi tersusun atas inti dalam bumi yang terdiri dari besi nikel beku atau Solid inner core (pada kedalaman 5.140 – 6371 km) setebal 1.231 km dengan suhu 4.500° C, diselimuti pula oleh inti luar yang bersifat cair atau Liquid outer core (pada kedalaman 2.883 – 5.140 km) setebal 2.257 km, lalu diselimuti pula oleh mantel silika atau Mantle (pada kedalaman 50 – 2883 km) setebal 2.833 km membentuk 83% isi bumi, dan akhiri diselimuti oleh kerak bumi atau Crust setebal kurang lebih 50 km.


Saturday, February 22, 2014

Teknik Geologi


Teknik Geologi merupakan program studi yang mempelajari tentang ilmu kebumian yang berkaitan dengan Batuan, Struktur, Stratigrafi, dan Sejarah pembentukan bumi baik dipermukaan ataupun interpretasi bawah permukaan. Sangat luas memang pembelajaran geologi ini, karena betapa luas dan besarnya bumi ini. Sehingga masih banyak yang belum tersentuh dan masih banyak teori-teori baru yang akan bermunculan dimasa yang akan datang. Imajinasi yang kuat sangat diperlukan dalam menginterpretasikan data-data geologi. Tetapi tidak bisa dipelajari seluruh ilmu ini sekaligus, hanya dasar-dasar saja yang bisa dipelajari secara keseluruhan, selebihnya dilakukan penjurusan lagi berupa cabang-cabang ilmu geologi seperti : Vulkanologi, Sedimentologi, Paleontologi, dan masih banyak lagi. Itulah sekilas tentang Geologi, sungguh menarik untuk dipelajari.

Sungguh besar kekuatan alam dan kebesaran Tuhan, sehingga terbentuk gunung-gunung dan samudra yang sangat luas terhampar begitu indah. Hal ini yang menjadikan bertambah nya iman kita terhadap Allah SWT,